Jurnal Kehutanan dan Lingkungan https://ecoforest.fapertauim.ac.id/index.php/ecoforest <p style="text-align: justify;"><strong><em>Eco Forest Journal</em></strong> merupakan jurnal ilmu kehutanan dan lingkungan yang diterbitkan oleh Program Studi Kehutanan Fakultas pertanian Universitas Islam Makassar. &nbsp;Jurnal ini akan menyajikan hasil-hasil penelitian dan pemikiran meliputi bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekowisata, Perencanaan dan Pengeloaan DAS, Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kewirausahaan</p> Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Islam Makassar en-US Jurnal Kehutanan dan Lingkungan 3048-4375 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dan Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat Di DAS Pamukkulu https://ecoforest.fapertauim.ac.id/index.php/ecoforest/article/view/58 <p>Perubahan penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pamukkulu, Sulawesi Selatan, telah menyebabkan degradasi ekologis dan memengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan dalam kawasan hutan, pemanfaatan lahan oleh masyarakat, serta dampaknya terhadap pendapatan rumah tangga. Metode yang digunakan meliputi interpretasi citra Landsat 8 (2023) dengan uji akurasi confusion matrix (92,5%), wawancara masyarakat, dan analisis spasial. Hasil menunjukkan bahwa tutupan lahan didominasi oleh sawah (36,8%) dan pertanian lahan kering campur semak (30,4%), sementara hutan sekunder hanya tersisa 4,2%. Masyarakat memanfaatkan kawasan hutan untuk pertanian jagung, holtikultura, kedelai, dan sawah, dengan rata-rata pendapatan Rp3.069.512 per KK—lebih rendah dari Upah Minimum Provinsi (Rp3.434.298). Aktivitas pertanian paling tinggi terjadi di hutan lindung dan produksi, dengan pendapatan tertinggi dari holtikultura (Rp6.125.000) dan sawah irigasi (Rp3.780.000). Faktor pendidikan masyarakat yang rendah (SD-SMA) turut memengaruhi pola pemanfaatan lahan yang kurang berkelanjutan. Dampak ekologis berupa penurunan fungsi hidrologis DAS dan peningkatan limpasan permukaan telah teridentifikasi, memperparah risiko banjir di wilayah hilir. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tekanan ekonomi dan keterbatasan pengetahuan masyarakat mendorong alih fungsi lahan hutan secara masif, sehingga diperlukan kebijakan pengelolaan DAS berbasis ekosistem dan pemberdayaan ekonomi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada lahan hutan.</p> Rikhzan Ainun nur Muhammad Rafly Nurdin Anugrahandini Nasir La Sumange Sumange Abd Rahman Syafar Copyright (c) 2025 Rikhzan Ainun nur, Muhammad Rafly Nurdin, Anugrahandini Nasir, La Sumange Sumange, Abd Rahman Syafar https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2025-05-31 2025-05-31 1 1 1 9 Potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Desa Benteng Gajah Kabupaten Maros https://ecoforest.fapertauim.ac.id/index.php/ecoforest/article/view/63 <p>Desa Benteng Gajah, yang terletak di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, merupakan salah satu desa yang telah ditetapkan sebagai desa wisata rintisan sejak tahun 2021. Desa ini memiliki kekayaan bentang alam seperti perbukitan, sungai, air terjun musiman, serta lahan pertanian dan perkebunan yang menyatu dengan permukiman warga. Namun demikian, potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal dalam pengembangan pariwisata berbasis alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Desa Benteng Gajah berdasarkan enam kriteria: daya tarik, aksesibilitas, kondisi sosial ekonomi sekitar kawasan, akomodasi, sarana dan prasarana, serta ketersediaan air bersih. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data primer melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, serta data sekunder melalui studi literatur. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan accidental sampling untuk responden wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Benteng Gajah memiliki dua site wisata utama yakni Bulu Saukang dan Wisata Alam Bukit Bahagia. Keduanya memiliki karakteristik lanskap dan daya tarik yang berbeda namun saling melengkapi Bulu Saukang unggul dalam aspek petualangan dan pemandangan perbukitan, sedangkan Bukit Bahagia lebih bersifat rekreatif untuk keluarga. Secara umum, Desa Benteng Gajah memiliki potensi wisata alam yang tinggi dan layak dikembangkan secara berkelanjutan. Pengembangan ini perlu dilakukan dengan pendekatan berbasis komunitas dan dukungan perencanaan terpadu dari berbagai pemangku kepentingan.</p> Ismail Ismail Dea Ekaputri Andraini Herawaty Herawaty Najma Ilmiawati Asiz Putri Alifiah Muh Izzul Muslimin Syah Copyright (c) 2025 Ismail Mail https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-05-31 2024-05-31 1 1 23 29 PEMANFAATAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN KEBAKARAN DI KECAMATAN BALOCCI KABUPATEN PANGKEP https://ecoforest.fapertauim.ac.id/index.php/ecoforest/article/view/67 <p>Salah satu kebakaran hutan di Provinsi Sulawesi Selatan terjadi di puncak Gunung Bulusaraung, di Desa Tompobulu, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep. Luas kebakaran hutan diperkirakan 2,5 hektar, disebabkan oleh aktivitas manusia saat mendaki Gunung. Untuk mengantisipasi kebakaran hutan, diperlukan teknologi untuk mendeteksi potensi kebakaran hutan di Kecamatan Balocci, terutama di daerah rawan kebakaran. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan daerah potensial berisiko kebakaran dan mengidentifikasi distribusi spasial dan jenis tutupan lahan yang paling rentan terhadap kebakaran di Kabupaten Balocci. Penelitian ini menggunakan metode Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Temperature Condition Index (TCI), dan Vegetation Condition Index (VCI). Integrasi ketiga parameter ini (NDVI, VCI, dan TCI) membentuk kerangka kerja analisis holistik untuk memetakan daerah rawan kebakaran. Perkiraan daerah rawan kebakaran menghasilkan 132,41 ha daerah berisiko kebakaran di Kabupaten Balocci. Kawasan "sangat rentan" (15,29 ha) didominasi oleh semak belukar di Desa Balocci Baru (4,53 ha) dan pertanian lahan kering (3,56 ha) akibat kepadatan vegetasi yang rendah (NDVI min -0,06), kekeringan ekstrem (TCI ? 35), dan penurunan kesehatan vegetasi (VCI min 33). Sementara itu, kawasan "rentan" yang paling signifikan (117,12 ha) terdiri dari persawahan (34,19 ha; Desa Balleanging) dan pertanian lahan kering (32,68 ha), yang berpotensi menjadi koridor kebakaran di musim kemarau. Kerentanan tertinggi terdapat di Tonasa (19,20% kawasan rentan) dan Balocci Baru (3,42% sangat rentan). Sebaran ini dipicu oleh tekanan ekologis dan aktivitas manusia (pembukaan lahan di Tonasa). Upaya mitigasi prioritas harus difokuskan pada pengelolaan semak belukar (Balocci Baru), pengendalian pembakaran lahan kering (Tonasa), dan kewaspadaan terhadap lahan kering persawahan (Balleanging).</p> Muh Faisal Mappiasse Dzul Wal Iqram Muliana Djafar Copyright (c) 2025 Muh Mappiasse, Dzul Wal Iqram, Muliana Djafar https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2025-05-31 2025-05-31 1 1 10 22